Selasa, 25 September 2012

dunia jepang yang sesungguhnya

Inilah Dunia Jepang Yang Sesungguhnya


Banyak dari kita, anak muda Indonesia selalu dan selalu membanggakan negeri Samurai, jepang. apakah salah? tidak juga. memang harus kita akui klo Jepang adalah negeri dengan segudang kehebatan, mulai dari teknologi, kedisiplinan, kreasi anime, sampai dunia sex! banyak juga dari kita yang mengandai2 “seandainya saya bisa ke jepang, sekolah di jepang dan hidup di jepang…” setelah baca thread ini, masihkan ngarep untuk idup di jepang? cekidot….

Setiap tahun terdapat jutaan mahasiswa yang bersorak gembira ketika mereka dinyatakan lulus dari universitas. Mereka senang karena jerih payah orang tua tidak sia-sia setelah mereka di wisuda mengenakan toga. Sayang sekali… mereka tidak sadar kalau mereka baru saja keluar dari “kandang anak kucing” dan masuk ke hutan belantara yang dipenuhi oleh singa, ular berbisa, mawar beracun, dan banyak lagi yang aneh-aneh. 

Menurut survey di Tokyo, orang-orang yang baru lulus kuliah cenderung mengalami tingkat stress yang lebih tinggi jika dibandingkan ketika mereka sedang menghadapi ujian terakhir di kampus.
Kenapa mereka lebih stress? Karena mereka tidak bisa mendapatkan pekerjaan!
Makin hari makin banyak darah segar yang bersaing ketat untuk mendapatkan pekerjaan. Dan ketika saingan semakin banyak, banyak pula yang rela di gaji rendah, kerja semakin larut, dan tingkat kesehatan yang semakin menurun.
Inilah dunia kerja Jepang yang sesungguhnya.
“Setiap hari saya hidup dengan kegelisahan yang mengerikan,” kata Ikezaki, seorang karyawan kontrak yang saat ini kerja dengan gaji ¥75.000/bulan (atau sekitar 7 juta rupiah per bulan). “Ketika saya berpikir tentang masa depan saya, saya jadi tidak bisa tidur di malam hari.”
Berdasarkan data dari pemerintah Jepang, terdapat lebih dari 10 juta orang yang hidup dengan penghasilan kurang dari standard normalnya Jepang yaitu ¥1.600.000/tahun (atau sekitar 155 juta rupiah per tahun).
Mungkin ini semua adalah akibat dari perusahaan-perusahaan Jepang yang lebih mementingkan keuntungan perusahaan dan memanfaatkan keluguan para pekerja baru (yang jelas-jelas tidak punya pilihan lain).
 Terciptalah salaryman. Orang-orang yang hidup dengan gaji rendah, kerja setengah mati, tanpa uang lembur, dan tanpa kepastian peningkatan karir meskipun mereka telah bekerja puluhan tahun. Makanya jangan heran ketika kamu melihat banyak karyawan Jepang yang tertidur pulas di kereta ketika mereka menuju pulang ke rumah. Mereka terlalu lelah.

Kata salaryman sendiri diambil dari bahasa Inggris, yaitu salary (gaji) dan man (orang), jadi salaryman artinya adalah orang yang hidupnya 100% tergantung dari gaji. Mereka kalo sampai dipecat rasanya dunia kiamat. Kalo di Indonesia, ini sama dengan bangsawan = bangsa karyawan.

Saking stressnya, tercipta satu kata baru yang terkenal di dunia pekerja Jepang untuk menggambarkan betapa kerasnya kerja di Jepang, yaitu karoshi.
Apa itu karoshi?
Karoshi artinya “mati di kerja” atau kematian karena stress pekerjaan. Halusnya berarti “meninggal karena setia dan mengabdi kepada perusahaan”. Kematiannya bisa karena kecelakaan di tempat kerja, kematian karena terlalu lelah (kesehatannya menurun jauh), ataupun karena bunuh diri karena stress kerja.
Saking seriusnya masalah ini, pemerintah Jepang telah mencoba berbagai cara untuk mengatasinya. Mulai dari menyediakan nomor telepon darurat untuk menerima keluh-kesah para salaryman, buku petunjuk untuk mengurangi stress, sampai mensahkan undang-undang yang memberikan sejumlah uang (asuransi) ke para janda dan anak-anak yang ditinggal mati karena karoshi.


Menurut data pemerintah, dari 2.207 kasus bunuh diri pada tahun 2007, 672-nya adalah karena pekerjaannya terlalu banyak. Kasus karoshi yang terkenal adalah kasus kematian Kenichi Uchino pada tahun 2002, seorang manager quality-control berusia 30 tahun yang bekerja di perusahaan otomotif terbesar di dunia, Toyota.
Kenichi dikabarkan bekerja lembur selama 80 jam setiap bulan selama 6 bulan lamanya tanpa dikasih uang lembur atau bonus tambahan apapun. Dia akhirnya jatuh pingsan di tempat kerjanya dan dilarikan ke rumah sakit, yang kemudian membawanya ke akhirat.
McDonald’s Jepang pun terkena masalah ini. Salah seorang manager restorannya jatuh sakit dan meninggal karena bekerja lembur tanpa bayaran apapun.
Mau gak mau, karena tekanan publik, Toyota dan McDonald’s akhirnya memutuskan akan memberikan uang lembur bagi yang ingin bekerja lembur dan menyediakan fasilitas kesehatan yang lebih baik.
Para salaryman ini sebenarnya niatnya baik, yaitu ingin memajukan perusahaannya. Ditambah lagi dengan kebudayaan Jepang yang selalu menekankan disiplin tinggi, mereka berpikiran bahwa dengan bekerja lebih lama dan lebih keras daripada karyawan lain dan tanpa meminta bayaran apapun, boss mereka bisa memberikan posisi yang lebih baik. Tapi kenyataan, TIDAK!!.
Bagaimana sih kehidupan seorang salaryman sehari-hari?
06:30 = bangun dari tempat tidur
07:30 = berangkat ke kantor (jalan kaki / naik sepeda / subway)
08:50 = harus tiba di kantor
09:00 = meeting pagi dengan supervisor
09:10 = mulai kerja
12:00 = makan siang (bento / kantin / restoran terdekat)
13:00 = mulai kerja lagi
17:00 = lembur dimulai (biasanya tanpa uang lembur)
20:30 = pesta nomikai (kalau ada)
21:30 = pulang ke rumah (jalan kaki / naik sepeda / subway)
22:30 = sampe rumah, nonton TV, baca koran
23:00 = tidur
Ulangi terus dari Senin-Jumat. Sabtu biasanya pulang lebih awal (kalau ada lembur, kerja seperti biasa). Minggu libur (kalau ada lembur, kerja seperti biasa).
Peraturan di kantor:
#1. Kalau atasan bilang bumi berbentuk kotak, maka bumi bentuknya kotak.
#2. Kalau dia berubah pikiran, maka bumi juga bentuknya berubah.
#3. Lupakan apa kata pelanggan. Boss adalah raja.
#4. Karyawan baru? Boss adalah Tuhan.
#5. Membungkuk. Membungkuk. Membungkuk.

    



   


          





   
 


  



Rabu, 19 September 2012

Visual Kei Band Indonesia

All About Jellyfish Band, Visual Kei Band Indonesia

-JELLYFISH BAND- 


Jellyfish adalah band yang berasal dari sebuah komunitas musik Indie yang menaruh minat pada musik Jepang yang sekarang bergabung dengan label Nagaswara. Resmi dibentuk pada Januari 2009, mengusung genre pop alternatif yang diawaki ARIA (vocal), BIO (gitar), TAKU (gitar), RIYO (keyboard), IRU (bass), dan TIAN (drum).

Nama Jellyfish diadopsi dari sebuah band Jepang, artinya ubur-ubur, binatang unik di laut yang memiliki warna bermacam tapi khas. Jelly Fish berharap musiknya lebih berwarna dan bisa dinikmati pendengar dari berbagai genre.

Sesuai dengan usia mereka yang masih muda, Jellyfish mempersembahkan karya musik yang independen dan berjiwa muda. Mereka meramu musik menjadi lebih indah dengan lirik yang memiliki pesan positif. Style Jellyfish saat performance mengenakan kostum Jepang dan segala sesuatunya berbau Jepang mulai dari tatanan rambut sampai aksesoris.
Jellyfish juga terus berusaha keras untuk berkembang dan lebih baik lagi dalam bermusik untuk kedepannya, dan meningkatkan kualitas musik sebaik-baiknya untuk lebih maju di dunia permusikan Indonesia maupun Universal di masa depannya.amiin...

---------------------------------------------------------------------------------

Jellyfish, Visual Kei band Indonesia

 

       Jellyfish adalah band yang berasal dari sebuah komunitas musik Indie yang menaruh minat pada musik Jepang. Resmi dibentuk pada Januari 2009, mengusung genre pop alternatif yang diawaki Aria (vocal), Indra (gitar), Ramon (gitar), Riyo(keyboard), Ilham (bass), dan Tian (drum).

       Nama Jellyfish diadopsi dari sebuah band Jepang, artinya ubur-ubur, binatang unik di laut yang memiliki warna bermacam tapi khas. Jelly Fish berharap musiknya lebih berwarna dan bisa dinikmati pendengar dari berbagai genre. "Kita berharap bisa seperti ubur-ubur yang bisa hidup dalam lautan manapun. Meski musik kita tetap sesuai jatidiri namun bisa dinikmati siapa saja,” ucap Aria.

Sangat jarang sebuah band indie dari komunitas Jepang masuk dalam industri musik. Hal ini merupakan sebuah kebanggan dan prestise tersendiri yang ditunjukkan Jellyfish kepada komunitas mereka. Kenapa jarang masuk ke label, karena mereka hanya fokus meraih tingkatan yang ada di komunitas tersebut. Ada 4 tahapan yang mesti diraih serta mempertahankan pada posisi maksimal, yakni audisi, featuring, gstar, dan spesial.

"Saat ini kita ada di tingkat featuring. Kita nggak mau ngincar gstar, soalnya kita kepikiran kalau main musik Jepang sampe gstar terus stop sampai di situ, jadi lebih baik kita masuk ke major label. Kita ingin secara luas berkreasi dengan membawakan musik Jepang tidak hanya dalam sebuah komunitas,"
kata Aria.

       Sesuai dengan usia mereka yang masih muda, Jellyfish mempersembahkan karya musik yang independen dan berjiwa muda. Mereka meramu musik menjadi lebih indah dengan lirik yang memiliki pesan positif. Style Jellyfish saat performance mengenakan kostum Jepang dan segala sesuatunya berbau Jepang mulai dari tatanan rambut  sampai aksesoris.

       Keenam personel ini merasa nyaman memainkan musik yang melawan arus pasar yang saat ini didominasi musik pop melayu. Mereka ingin membuktikan bahwa musik tidak hanya terkotak pada satu komunitas melainkan ingin
merambah secara luas. "Di sini kita berangkat dari hati, dan nggak terkotak hanya satu komunitas saja
tapi mencoba sesuatu yang lebih luas,




WAWANCARA ANTARA JELLYFISH BAND DAN OKEZONE.COM

       Sebenernya sih judulnya ini "Jellyfish, Generasi J-Rocks Berikutnya" tapi aku ga suka, kan JR ama JF beda banget , ya udah aku ganti ajah sama ini "Wawancara antara okezone.com dan Jellyfish band", kalo begini kan tambah enak tuh, hahahah XD
Ya udah deh, langsung ajah nih beritanya dari Angga-kun, bheheheheh

JAKARTA- Sama dengan J-Rocks, kelompok band Jellyfish menganut Japanes Rock. Tapi soal selera, band ini ada bedanya.

       “Dulu waktu masih indie kita sering bawain cover lagu band Jepang, Alice Nine, beda dengan J-Rocks lebih ke L’Arc en Ciel, yang ada popnya,” kata Aria kepada Okezone, saat ditemui di lokasi syuting single Maafkan Aku di kawasan Cawang, Jakarta Timur, Jumat (8/4/2011).

Ciri khas band beraliran Japanese Rock dengan dandanan seperti tokoh-tokoh komik Jepang atau manga, itu dilekatkan juga pada Jellyfish yang artinya Ubur-Ubur.

“Pertama kita bentuk band ini, memang kita cari yang beda dengan yang lain, kita harus punya kostum sebagai salah satu karakter musik kita,” lanjut Aria.

Jellyfish kini diisi oleh; Aria (vokal), Rio (keyboard), Taku (gitar) Bio (gitar 2), Iru (bass) dan Tian (drum), terbentuk 2009.

“Kita belum satu tahun masuk ke major label, dulu saat di indie sering tampil di pensi-pensi. Untuk komunitas musik Jepang kita cukup lumayan dikenal,” timpal sang gitaris, Taku.

       “Di musik Jellyfish, kita memadukan musik techno, dan karakter pada drum. Kalau J-Rocks kan seperti yang kita dengar. Dan, bedanya lagi kita masih muda-muda, jadi bisa merangkul generasi yang lebih muda juga,” lanjutnya.

       Klip single perdana Jellyfish berjudul Maafkan Aku disutradari oleh salah satu pembuat klip yang sudah dikenal luas, David Leonardo.

       “Konsepnya dibuat sederhana, kita lebih fokus memperkenalkan para personel band ini ke masyarakat. Soal kostum mereka ini sudah bagus, warna-warnanya gak bentrok. Gak seperti band-band lainnya,” singkat David.

---------------------------------------------------------------------------------

-Jellyfish, Musik Hidup Ala Jepang Indonesia di Nagaswara FM-

 

Jellyfish, Musik Hidup Ala Jepang Indonesia di Nagaswara FM. Wooww,.. Temen Request Malem kali ini, Nagaswara FM kedatangan cowo-cowo ganteng yang berasal dari sebuah komunitas musik Indie yang menaruh minat pada musik Jepang. Siapa ya kira-kira..??
Band ini terbentuk pada 11 januari 2009 dengan mengusung genre pop alternatif. Pasti Temen Radio juga tau kan band yang satu ini?
Ya !! mereka adalah Jellyfish. Terdiri dari Aria (vocal), Indra (gitar), Ramon (gitar), Riyo(keyboard), Ilham (bass), dan Tian (drum).
Selain datang untuk interview di Nagaswara FM, Jellyfish juga sempat melakukan phoner ke 12 Radio siang harinya.
Mereka juga telah mempromokan single berjudul “Maafkan Aku” se-JABODETABEK.
Singel “Maafkan Aku” tergambarkan dari kekecewaan seorang laki-laki dan perempuan, namun digambarkan secara universal, dan pembuatan video klipnya dibuat dengan bertemakan simbolik-simbolik kesedihan.

Mengawali karier dari band indie, event ke event dan mendapat kesempatan bergabung dengan NAGASWARA. Mereka mulai bergabung dengan NAGASWARA pada bulan Oktober 2010. Awalnya pertemuan mereka dimulai dari komunitas Jepang yaitu Japan Indonesia yang membuat mereka tergabung dalam sebuah band.
Sesuai dengan usia mereka yang masih muda, Jellyfish mempersembahkan karya musik yang independen dan berjiwa muda. Mereka meramu musik menjadi lebih indah dengan lirik yang memiliki pesan positif. Style Jellyfish saat performance mengenakan kostum Jepang dan segala sesuatunya berbau Jepang mulai dari tatanan rambut  sampai aksesoris.
Nama Jelly Fish diadopsi dari sebuah band Jepang, artinya ubur-ubur, “Kita berharap bisa seperti ubur-ubur yang bisa hidup dalam lautan manapun. Meski musik kita tetap sesuai jatidiri namun bisa dinikmati siapa saja,” ucap Aria.

Binatang unik di laut yang memiliki warna bermacam tapi khas. Jelly Fish berharap musiknya lebih berwarna dan bisa dinikmati pendengar dari berbagai genre.
Band ini mengakui kalau mereka juga tipe cowo yang romantis. Tidak hanya romantis dalam membuat lagu dan menyanyikannya, tapi salah seorang grup band ini juga berkesempatan nunjukin aksinya merayu penyiar dalam acara Temen Request Malam  (08/06/2011).
Jelly Fish juga memiliki sebutan untuk para fansnya yaitu “Jelly Friends”. Menurut mereka arti fans adalah personil ke-7, karena tanpa mereka Jelly Fish tidak akan pernah ada. Jelly Fish juga memiliki harapan-harapan, “Pertama, terimakasih banget buat lebel NAGASWARA yang telah memberi kesempatan untuk berkarya, tidak hanya di komunitas dan di indonesia, ya syukur-syukur bisa sampai luar negeri” ujar Aria.


J-Rocks Berikutnya

Jellyfish, Generasi J-Rocks Berikutnya






JAKARTA- Sama dengan J-Rocks, kelompok band Jellyfish menganut Japanes Rock. Tapi soal selera, band ini ada bedanya.

“Dulu waktu masih indie kita sering bawain cover lagu band Jepang, Alice Nine, beda dengan J-Rocks lebih ke L’Arc en Ciel, yang ada popnya,” kata Aria kepada Okezone, saat ditemui di lokasi syuting single Maafkan Aku di kawasan Cawang, Jakarta Timur, Jumat (8/4/2011).

Ciri khas band beraliran Japanese Rock dengan dandanan seperti tokoh-tokoh komik Jepang atau manga, itu dilekatkan juga pada Jellyfish yang artinya Ubur-Ubur.

“Pertama kita bentuk band ini, memang kita cari yang beda dengan yang lain, kita harus punya kostum sebagai salah satu karakter musik kita,” lanjut Aria.

Jellyfish kini diisi oleh; Aria (vokal), Rio (keyboard), Taku (gitar) Bio (gitar 2), Iru (bass) dan Tian (drum), terbentuk 2009.
namun waktu seiiring berjalan iru (bass) dia mengundurkan diri di akibatkan masalah pribadi









“Kita belum satu tahun masuk ke major label, dulu saat di indie sering tampil di pensi-pensi. Untuk komunitas musik Jepang kita cukup lumayan dikenal,” timpal sang gitaris, Taku.

“Di musik Jellyfish, kita memadukan musik techno, dan karakter pada drum. Kalau J-Rocks kan seperti yang kita dengar. Dan, bedanya lagi kita masih muda-muda, jadi bisa merangkul generasi yang lebih muda juga,” lanjutnya.

Klip single perdana Jellyfish berjudul Maafkan Aku disutradari oleh salah satu pembuat klip yang sudah dikenal luas, David Leonardo.

“Konsepnya dibuat sederhana, kita lebih fokus memperkenalkan para personel band ini ke masyarakat. Soal kostum mereka ini sudah bagus, warna-warnanya gak bentrok. Gak seperti band-band lainnya,”












Alice Nine lyrics



Shunkashuutou

Haru wa mimi o naidete, natsu wa kami o soyogu, aki no someta iro ni, fuyu ni tachi tsukusu.
Muryoku datta bokura wa, shudan wo sagashiteita, jibun ga tobu dake no, asu e no tsubasa wo

Yurete, yurarete, habatakeru toki made

Fui ni ochita shisen no saki doko e, dokomade arukeba...

Husaideta velour no yoru ni mo ashita no mukae ga kuru kara
Mabukute, kokyuu suradekinai, kagayakeru kono hibi wa

Haru ni saita yume wo natsu ni yume miteta aki ni omo hi meguri fuyu wa kotae sagashite
Bokura ga egaita mirai yosouzu wo kimama ni tobitakute omoi egaita

Yurete, yurarete, habatakeru toki made

Itsuka, itsumade, waraemasu ka? doko he, dokomade hashitte...

Haru ga kitara owakare da ne, to tsubuyaita gogo no kaerimichi
Kono yume wa owarasetakunai kane no naru oto no shita

Yurete, yurarete, habatakeru toki made

Koe wa, kimi ni, todokimasu ka? sora ni hibiku utagoe wo

Yurareteta, chiisa na omoi wa oozora ni yume wo egaku kara
Kono yume wa owarasetakunai kotoba wa mou iranai

Asu wa nai kamoshirenai, ima dakara kokoro kara ieru yo
Kitto tadoritsuku basho he kimi to ireru you ni

Senin, 17 September 2012